23/11/2022 14:44 Authored By: Administrator
BLUI BLANKET, FOTOTERAPI SELIMUT UNTUK PASIEN IKTERUS NEONATORUM (KUNING PASCA LAHIR) HASIL RISET ILMUWAN UI
Sebanyak 60% bayi baru lahir dengan usia kehamilan cukup bulan mengalami gejala ikterus (kuning) secara klinis dalam minggu pertama kehidupan. Data prevalensi di Indonesia tercatat sebanyak 13,2 – 58%. Perawatan terhadap bayi yang mengalami ikterus melalui penyinaran konvensional memiliki keterbatasan, karena memisahkan ibu dan bayi, kendala pemberian ASI eksklusif, menyebabkan timbul biaya penggunaan ruang rawat inap, dan kurang portabel.
Penggunaan selimut fototerapi dengan serat optik saat ini masih sangat terbatas dan pengadaannya cukup mahal. Hal ini melatarbelakangi penggunaan selimut fototerapi light emitting diode dapat dipertimbangkan sebagai metode alternatif. Selimut fototerapi light emitting diode merupakan simplifikasi alat karena selimut mudah digulung, dibawa dan dipindahkan, serta bobotnya ringan, sehingga memudahkan pendistribusian dan penggunaannya di seluruh fasilitas kesehatan primer di wilayah Indonesia. Enam hal itu merupakan urgensi peneliti melakukan penelitian untuk mengembangkan dan menilai efek samping dan efektifitas selimut fototerapi LED dalam terapi ikterus neonatorum.
Penelitian yang dilakukan oleh para dosen UI menghasilkan BLUI Blanket, perangkat fototerapi selimut portabel yang digunakan pada pasien ikterus neonatorum (hiperbilirubinemia). Merek BLUI adalah singkatan dari Blue Light Universitas Indonesia, produk inovasi kerjasama antara FKM UI dan FT UI. Inovasi ini diteliti dan dikembangkan oleh dr. Tubagus Ferdi Fadilah, SpA., M.Kes (FKM UI/FK Universitas Trisakti), Prof. dr. Asri Adisasmita, MPH., M.Phil., Ph.D (FKM UI), Prof. Dr. Ir. Raldi Artono Koestoer DEA (FT UI), Ibnu Roihan, ST., MT (FT UI), Dr. dr. Johanes Edy Siswanto, Sp.A (K), Ph.D (PKIAN RSAB Harapan Kita/FK UPH). Penelitian telah berlangsung sejak 2019.
Terapi yang diberikan saat ini sebagian besar masih menggunakan alat fototerapi konvensional. Di beberapa rumah sakit alat yang sering dipergunakan adalah fototerapi lampu tabung fluoresen dan lampu LED proyektor.
Penggunaan fototerapi dengan selimut fototerapi mempunyai kelebihan dibandingkan dengan yang konvensional, yakni dari segi kenyamanan dan ikatan atau bonding antara bayi dan ibu, juga kemudahan dalam memberi ASI secara langsung atau direct breastfeeding. Kendati demikian, dalam beberapa hal selimut fototerapi yang ada saat ini masih memiliki kekurangan diantaranya harga yang cukup mahal.
Karena keterbatasan tersebut, penelitian ini berfokus pada pengembangan selimut fototerapi sederhana menggunakan rangkaian LED menjadi sebuah selimut sebagai metode alternatif tepat guna. Selain mampu menekan biaya produksi yang lebih murah, simplifikasi alat ini menjadi keunggulan, seperti selimut mudah digulung, dan mudah untuk dibawa dan dipindahkan, memiliki bobot yang ringan, menghasilkan radiasi yang lebih merata, fleksibel sehingga mereka dapat ditempatkan lebih dekat dengan bayi, akan memudahkan pendistribusian dan penggunaannya di seluruh Fasilitas Kesehatan Primer di Indonesia, sehingga bisa bermanfaat untuk masyarakat luas. Oleh karena alasan-alasan tersebut peneliti mengembangkan selimut fototerapi LED BLUI Blanket.
Dibandingkan dengan bentuk standar fototerapi, BLUI Blanket menggunakan lembar LED cahaya biru dengan panjang gelombang 450-470 nm sebagai sumber cahaya, sehingga lebih fleksibel dan ringan, memungkinkan untuk dibawa ke fasilitas kesehatan dimana saja, bahkan dapat digunakan di rumah. Sistem BLUI Blanket terdiri dari tiga komponen: iluminator LED, pembungkus rangkaian berbahan selimut, dan bantalan dakron sebagai matras yang lembut untuk bayi. Kedua bahan terakhir dapat dicuci dan dipakai ulang sehingga tetap higienis dan hemat.
Selanjutnya agar dapat dipertanggungkawabkan secara ilmiah, pada BLUI Blanket ini akan dilakukan studi Randomized Controlled Trial (RCT) untuk menilai efektivitas selimut fototerapi BLUI Blanket dibandingkan dengan alat fototerapi konvensional pada bayi-bayi dengan ikterus neonatorum.
Sumber: Berita Universitas Indonesia