05/03/2020 10:21 Authored By: Administrator
DEPOK, KOMPAS.com - Peneliti Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI), Muhamad Sahlan mengembangkan senyawa propolis asli Indonesia yang disinyalir mampu menjadi alternatif pengobatan dan pencegahan virus corona.
Propolis ini dihasilkan dari lebah Tetragonula biroi aff, yang terbukti memiliki komponen penghambat alami dengan efek negatif minimal bagi tubuh manusia.
“Yang menarik bagi saya, propolis yang saya teliti ini memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3," kata Sahlan melalui siaran pers Universitas Indonesia kepada wartawan, Rabu (4/3/2020).
Senyawa N3 merupakan senyawa kimia penghambat sebagai alternatif obat untuk virus corona.
Dikembangkannya senyawa N3 merujuk pada penelitian peneliti Cihna, Profesor Yang. Dalam penelitian Yang, ditemukan bahwa virus corona menempel pada sel hidup paru-paru manusia sebelum menyuntikkan struktur genetiknya pada sel hidup itu untuk berkembang biak.
Senyawa N3 berperan memutus aktivitas menempelnya virus corona ke sel hidup manusia.
"Senyawa-senyawa propolis diujikan untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 bila dibandingkan dengan ikatan senyawa N3," kata Sahlan yang telah sembilan tahun meneliti tentang propolis.
Hasil pengujian memperlihatkan, tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus corona.
Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa propolis asli Indonesia memiliki nilai -7,5 hingga -7,9.
“Jadi, semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa menempel pada virus COVID-19," kata Sahlan.
"Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak,” kata dia memaparkan hasil pengujiannya.
Saat ini penelitian yang dilakukan oleh Sahlan dan timnya tengah memasuki tahap mengenali senyawa-senyawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat virus corona.
Tahapan selanjutnya, mereka akan mengoptimasi senyawa-senyawa tersebut sebelum dilakukan uji klinis dan pengembangan obat.
Penulis : Vitorio Mantalean
Editor : Jessi Carina
Sumber: Kompas.com