rpm-ftui

16/01/2017 13:52 Authored By: Administrator

Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia yang mempunyai modalitas bahari dengan letak geografis yang sangat strategis dan budaya masyarakat bahari.

Potensi maritim Indonesia yang strategis ini sangat disayangkan masih mengandalkan kapal?kapal tradisional yang terbuat dari kayu, tercermin melalui kapal nelayan dan kapal pelayaran rakyat yang mempunyai keunikan sesuai kearifan lokal di seluruh Nusantara. 

Dalam rangka membangun iklim kondusif utuk tumbuh dan berkembangnya Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti)  sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang telah mengeluarkan insentif Inkubasi Bisnis Teknologi (IBT) guna mendukung komersialisasi hasil litbang, LPNK, PTN,PTS dan masyarakat di Indonesia. 

Program ini merupakan instrument kebijakan dalam bentuk skema pendanaan untuk lembaga inkubator bisnis teknologi dan PPBT sebagai tenant dalam melakukan proses inkubasi untuk meningkatkan daya saing perusahaan pemula tersebut,sehingga mampu bertahan dan berkembang di pasar domestik ataupun global. 

Inkubasi bisnis teknologu merupakan suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang dilaksanakan oleh Inkubator kepada 'Tenant'nya yaitu PPBT.

Juragan Kapal adalah salah satu perusahaan pemula berbasis teknologi yang bergerak dibidang desain dan produksi kapal baja, dengan  inovasi teknologi “Kapal Pelat Datar”.  Juragan Kapal merupakan binaan Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DIIB) Universitas Indonesia dan Kemenristekdikti sejak tahun 2013. Juragan Kapal didirikan oleh Adi Lingson & Sanlaruska Fathernas dari Teknik Perkapalan Universitas Indonesia yang memiliki passion kuat untuk menciptakan industri pembangunan kapal yang tangguh.

Usaha ini didaftarkan menjadi perusahaan industri dengan nama PT Juragan Kapal Indonesia pada 2013.

Sebelum dilakukan pabrikasi, telah dilakukan uji coba Kapal Pelat Datar pada tanggal 20 Agustus 2016 di Kepulauan Seribu yang dilakukan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir.

Dengan terlaksananya uji coba tersebut maka dilanjutkan dengan proses 'Pabrikasi Kapal Plat Datar sebagai upaya komersialisasi produk'. 

Kapal Plat Datar yang diproduksi ini mempunyai spesifikasi 10 GT dengan ukuran panjang 13.5 meter dan pabrikasinya dilaksanakan di area produksi Gunung Steel Group (GSG), Cikarang. 

Pabrikasi kapal ini merupakan hasil kerja sama antara PT Juragan Kapal Indonesia dengan Gunung Steel Group yang merupakan produsen baja nasional, yang didalamnya terdapat beberapa anak perusahaan diantaranya PT. Gunung Garuda, PT. Gunung Rajapaksi dan PT. Gunung Steel Construction, dengan total kapasitas 2,5 juta ton/tahun. 

Kerja sama pabrikasi kapal ini dilakukan sebagai upaya penguatan dan persiapan Kapal Pelat Datar untuk dapat diproduksi massal pada tahun ini. 

Dengan adanya dukungan dari Gunung Steel Group sebagai industri penunjang, Kapal Pelat Datar sudah mampu diproduksi massal secara cepat demi mendukung Program Poros Maritim Dunia. 

Menristekdikti Prof Mohamad Nasir juga turut berkomitmen dalam mendukung pembuatan kapal hasil inovasi anak bangsa tersebut, untuk dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat dan program kapal Pemerintah. 

Prototipe kapal ini sendiri direncanakan akan dioperasikan di wilayah Teluk Bintuni, sebagaimana permintaan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, yang meyakini Kapal Pelat Datar mampu dan cocok melayani pelayaran di wilayah berkarakteristik seperti di wilayah Teluk Bintuni.

Desain kapal ini merupakan generasi ke-6, yang telah mengalami penyempurnaan dari desain sebelumnya.

Kapal baja dengan teknologi Kapal Pelat Datar pertama di Indonesia ini diketahui memiliki keunggulan yang dapat menjadi solusi dimasa depan sebagai alternatif kapal kayu dan kapal fiberglass. 

Keunggulan kapal ini datang dari produktifitas dan efisiensi produksi karena konstruksinya yang sederhana sehingga bisa diproduksi secara cepat dan murah. Pemotongan material baja juga telah menggunakan mesin otomatis yang semakin meningkatkan kecepatan produksi.

Keunggulan lain dari kapal ini yaitu memiliki daya tahan yang lebih kuat untuk beradaptasi dengan perairan di Indonesia, umur pakai kapal yang lebih lama, bisa didaur ulang, serta material baja berasal dari lokal. 

Dengan dimanfaatkannya kapal ini tentunya memperkuat industri dalam negeri, seperti industri baja. Juragan Kapal menegaskan, Indonesia harus memiliki identitas “Kapal Nasional” yang membedakannya dengan kapal negara manapun di dunia. Hal ini dapat dicapai bukan dengan teknologi yang kompleks dan sangat canggih, tetapi teknologi sederhana namun menyimpan kekuatan global.

Sasaran “Kapal Nasional” ini dapat dimulai dari kebutuhan kapal ikan 10 GT-200 GT. Kebutuhan akan kapal nelayan harus segera dipenuhi terlebih setelah perairan Indonesia ditinggalkan oleh illegal fisher karena kekosongan ini akan kembali menjadi incaran asing. Kapal baja sangat dibutuhkan nelayan Indonesia untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing terhadap negara lain. 

Kapal dari kayu dan fiberglass terbatas dari segi ukuran dan kekuatan. Material kayu untuk membuat kapal juga semakin sulit diperoleh sehingga harganya menjadi sangat mahal. Sedangkan material fiberglass selain masih diimpor, tidak ramah lingkungan, sementara rendahnya permintaan kapal dengan material ini oleh nelayan. Oleh sebab itu, Kapal Pelat Datar mampu menjadi solusi yang tepat sasaran sehingga nelayan kita tidak semakin terpuruk.

Selain itu dengan diperkuatnya armada kapal ikan, nelayan dapat diberdayakan untuk turut serta menjaga perairan NKRI. Untuk mencapai visi ini, tentu sangat diperlukan dukungan Pemerintah untuk produk Kapal Pelat Datar melalui program yang konkrit serta keterlibatan berbagai pihak seperti Biro Klasifikasi Indonesia, perguruan tinggi, asuransi, perbankan, serta industri penunjang.

Kerjasama ini merupakan tindak nyata kerjasama 'Triple Helix Academicians-Business-Government (ABG)' karya anak bangsa untuk Indonesia dan Dunia.


Direktur Jenderal Penguatan Inovasi dan

Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik,

Kemristekdikt